Pendidikan Bermutu Untuk Anak, Tanpa Kekerasan
Pendidikan Bermutu Untuk Anak, Tanpa KekerasanOleh: Andi Pujiono
"Seorang anak adalah tamu yang berkunjung ke rumah, untuk dicintai dan dihormati" J.D. Salinger, novelis Amerika.
Seorang anak adalah permata hati dan penyejuk mata kedua orang tua. Kehadirannya disambut isak tangis, bahagia. Anak adalah pewaris generasi bangsa. Di tangan mereka tongkat estafet sejarah bangsa akan berlanjut. Di pundak mereka, tanggung jawab masa depan bangsa dipikul. Dan melalui pikiran mereka, kemajuan bangsa akan tercipta.
Namun, ironisnya nasib buruk sering membayangi anak – anak Indonesa. Perlakuan buruk acapkali tergambar jelas di mata kita. Di televisi, koran, majalah, radio, dan banyak media lain sering kali terdengar dan terlihat tindak kekerasan yang menimpa anak. Alih – alih mendapat pendidikan bermutu, mereka justru sering kali harus menerima kekerasan dari orang dewasa di lingkungan mereka.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemeneg PP & PA) pada akhir 2014 lalu mengeluarkan pernyataan mengenai maraknya tindak kekerasan terhadap anak yang terjadi di Indonesia. Dari data tersebut, diketahui 1 dari 4 anak di Indonesia mengalami tindak kekerasan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat bahwa selama tiga bulan pertama tahun 2014 telah terjadi peningkatan tindak kekerasan terhadap anak secara signifikan dibanding 2011. Dalam tahun 2011 tercatat 2.500 kasus tindak kekerasan terhadap anak dan di tahun 2013 terjadi 3.700 kasus. Memasuki tahun 2014, pada tiga bulan pertama, setiap harinya KPAI menerima 17 laporan kasus tindak kekerasan terhadap anak.
Pada kesempatan ini, penulis akan mengutip penyataan Dr. Seto Mulyadi. Dalam kata pengantar buku berjudul “Anakku Bahagia, Anakku Sukses” karya Mohammaed A. Khalfan, pemerhati anak yang akrab dipanggil Kak Seto ini menekankan perlunya pendekatan kasih sayang dari orang tua dalam pendidikan anak.
“Pendidikan tidak sekedar dilakukan melalui komando atau instruksi sepihak saja, tetapi juga melalui pendekatan dari hati ke hati yang penuh kasih sayang. Semua ini hanya bisa dilakukan melalui pendekatan yang efektif oleh ibu dan ayah kepada putra - putrinya di rumah,” demikian kata Kak Seto.
Dengan momentum hari anak nasional yang jatuh pada 23 Juli tahun ini, penulis berharap akan terbuka gerbang pendidikan anak berkualitas tanpa kekerasan. Semoga senyum ceria anak bangsa mampu menyejukkan kehidupan bangsa. Pemimpin besar masa depan bangsa ini akan dipersiapkan sejak saat ini. Anak – anak bangsa adalah calon pemimpin bangsa.
0 komentar :
Posting Komentar